Penyakit anemia aplastic masih tergolong langka. Kondisi penyakitnya adalah sel induk sumsum tulang penderita berhenti memperbarui sel darah merah, putih, juga trombosit. Mengenali gejala penyakit ini lebih awal, akan membuat penderita lebih siap dalam penanganannya.
Termasuk jenis anemia, umumnya penyakit ini diderita anak atau dewasa muda usia 20 – 25 tahun. Beragam pemicu timbulnya. Mulai karena sering terpapar bahan kimia, radiasi dan kemoterapi, mengalami gangguan kesehatan autoimun, atau infeksi virus.
Kenali Gejala Sejak Dini
Jika dapat mengenali gejala penyakitnya sejak dini, penderita penyakit anemia aplastic dapat diperiksa dan ditangani lebih cepat. Berikut gejala-gejala umum hingga identik (khusus) yang dialami penderita:
- Penderita memiliki emosi yang tidak stabil sehingga lebih mudah marah.
- Merasakan nyeri dada.
- Mudah lelah.
- Sering pusing.
- Munculnya gangguan pernapasan hingga sulit bernapas.
- Warna kulit terlihat lebih pucat.
- Kuku mudah patah akibat tersangkut di rambut atau serat pakaian.
- Tekstur rambut dan kulit terlihat kering.
- Bagian tubuh sering terlihat biru seperti terbentur tanpa sebab.
- Sering mengalami mimisan atau gusi berdarah.
- Setiap terluka akan lama sembuhnya (perdarahan sulit mengering).
Penderita yang mengalami empat atau lima dari gejala di atas, dapat segera melakukan pemeriksaan awal. Penanganan lebih cepat akan menurunkan risiko timbulnya gejala yang lebih parah.
Pemeriksaan Awal
Apabila mulai merasa terganggu dengan gejala yang muncul, segera lakukan pemeriksaan awal. Periksakan kondisi darah melalui tes darah sederhana atau lengkap. Jumlah sel darah merah dan putih, juga kadar trombosit yang rendah merupakan indikasinya.
Agar lebih yakin, pemeriksaan awal lanjutan adalah biopsi sumsum tulang. Jaringan bagian belakang tulang pinggul penderita akan diambil. Jika hasil pemeriksaan laboratorium menyatakan bahwa ketiga unsur darah jumlahnya rendah, penderita harus menjalani pengobatan.
Jangan Lalai Jalankan Metode Pengobatan
Darah berperan penting dalam siklus metabolisme tubuh. Jika ada bagian darah bermasalah, dapat menimbulkan risiko penyakit atau dampak yang fatal. Saat hasil pemeriksaan menyatakan pasien menderita penyakit anemia aplastic, berikut metode pengobatan yang dapat dilakukan:
1. Terapi Obat
Penderita anemia aplastic sangat rentan terhadap infeksi. Sehingga penderita akan diberikan obat antibiotik hydroxyurea agar tidak terus menerus membutuhkan transfusi darah.
2. Transplantasi Sumsum Tulang
Dalam kondisi sehat, tubuh setiap hari memproduksi sel darah baru. Namun apabila sel induk sumsum tulang bermasalah, maka produksi darah terhenti. Pada kondisi yang sudah berat, penderita dapat melakukan transplantasi sumsum tulang.
Pengobatan ini berisiko penolakan terhadap sumsum tulang. Pendonor sel sehat haruslah anggota keluarga (biasanya saudara kandung) penderita. Diharapkan dari transplantasi sumsum tulang dapat mengembalikan fungsi sel induk sumsum tulang kembali.
3. Terapi Obat Penekan Sistem Kekebalan Tubuh (Imunosupresan)
Pilihan pengobatan ini diperuntukkan bagi penderita mengalami gangguan autoimun. Tidak dapat melakukan transplantasi, maka imunosupresan ini dapat dipilih. Obat-obatan yang diberikan dokter akan membantu memulihkan keadaan tulang sehingga dapat menghasilkan sel darah yang baru.
4. Stimulan Sumsum Tulang
Metode pengobatan stimulant sumsum tulang dapat dikombinasikan dengan imunosupresan. Penderita akan diberikan obat-obatan yang juga dapat merangsang tulang untuk memproduksi sel-sel darah yang baru.
Penderita anemia aplastic juga harus menghindari aktivitas yang menyebabkan kelelahan dan sesak napas. Melakukan olahraga berat pun akan memunculkan risiko cedera dan perdarahan. Hal yang penting dilakukan juga adalah menjaga kebersihan dengan rutin mencuci tangan.